Selasa, 27 Juli 2010

Sosio-antropologi wilayah Jawa Barat

1.SOSIO-ANTROPOLOGI PROVINSI JAWA BARAT

Sumber daya alam Jawa Barat cukup melimpah. Provinsi ini pada tahun 2006 memiliki lahan sawah ber-irigasi teknis seluas 380.996 ha,sementara sawah ber irigasi setengah teknis 116,443 ha,dan sawah ber irigasi non teknis seluas 428.461 ha. Total saluran irigasi di Jawa Barat sepanjang 9.488.623 km,Sawah-sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 9.418.882 ton padi, terdiri atas 9,103.800 ton padi sawah dan 315.082 ton padi ladang.

Di antara tanaman palawija, pada 2006 ketela pohon menempati urutan pertama. produksi palawija, mencapai 2.044.674 ton dengan produktivitas 179,28 kuintal per ha, Kendati demikian, luas tanam terluas adalah untuk komoditas jagung yang mencapai 148.505 ha, Jawa Barat juga menghasilkan hortikultura terdiri dari 2.938.624 ton sayur mayur, 3.193.744 ton buah buahan, dan 159.871 ton tanaman obat/biofarmaka.


Hutan di Jawa Barat juga luas, mencapai 764.387,59 ha atau 20,62% dari total luas provinsi, terdiri dari hutan produksi seluas 362.980.40 ha (9,79%), hutan lindung seluas 228.727,11 ha (6,17%), dan hutan konservasi seluas 172.680 ha (4,63%). Pemerintah juga menaruh perhatian serius pada hutan mangrove yang mencapai 40.129,89 ha, tersebar di 10 kabupaten yang mempunyai pantai. Selain itu semua, ada lagi satu hutan lindung seluas 32.313,59 ha yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit III jawa Barat dan Banten.


Dari hutan produksi yang dimilikinya, pada 2006 Jawa Barat memetik hasil 200.675 m³ kayu, meskipun kebutuhan kayu di provinsi ini setiap tahun sekitar 4 juta m³. Sampai 2006, luas hutan rakyat 214.892 ha dengan produksi kayu sekitar 893.851,75 m³. Jawa Barat juga menghasilkan hasil hutan non kayu cukup potensial dikembangkan sebagai aneka usaha kehutanan, antara lain sutera alat jamur, pinus, gerah damar,kayu putih,rotan,bambu,dan sarang burung walet.


Di sektor perikanan, komoditas unggulan adalah ikan mas, nila, bandeng, lele, udang windu, kerang hijau, gurame, patin, rumput laut dan udang vaname. Di tahun 2006, provinsi ini memanen 560,000 ton ikan hasil budidaya perikanan dan payau, atau 63,63% dari total produksi perikanan Jawa Barat.

Di bidang peternakan, sapi perah, domba, ayam buras, dan itik adalah komoditas unggulan di Jawa Barat. Data 2006 menyebutkan kini tersedia 96.796 sapi perah (25% populasi nasional), 4.249.670 domba, 28.652.493 ayam buras 5.596.882 itik (16% populasi nasional). Kini hanya tersedia 245.994 sapi potong di jawa Barat (3% populasi nasional), padahal kebutuhan setiap tahunnya sekitar 300 ribu sapi potong. Untuk memenuhi kebutuhan Jawa Barat harus mengimpor 150 ribu ternak sapi dari Australia setiap tahunnya, di samping berharap pasokan ternak hidup dari provinsi lain terutama Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah lstimewa Yogyakarta, Lampung, Bali, Lombok, dan lain lain. Dalam memaksimalisasi sektor peternaknya, Jawa Barat membagi kawasan pengembangan andalan peternakan ke dalam tiga wilayah,yaitu:

1. Jawa Barat Bagian Utara untuk peternakan itik;

2. Jawa Barat Bagian Tengah untuk sapi perah, ayam ras, dan domba; serta

3 Jawa Barat Bagian Selatan untuk domba dan sapi potong


Provinsi ini memiliki banyak objek unggulan di bidang perkebunan, antara lain teh, cengkeh, kelapa, karet, kakao, tembakau, kopi, tebu, dan akar wangi. Dari semua jenis komoditas itu, cengkeh, kelapa, karet, kakao, tembakau, dan kopi merupakan komoditas unggulan nasional asal Jawa Barat. Dari sisi lahan, produktivitas terbaiknya, yakni luas areal tanam sama dengan Iuas tanaman yang menghasilkan, adalah komoditas tembakau dan tebu. Dari sisi produksi, produktivitas terbanyak adalah kelapa sawit (6,5 ton per ha) dan tebu (5,5 ton per ha).

Jawa Barat juga menghasilkan produksi tambang unggulan. Pada 2006, berhasil dieksplorasi 5.284 ton zeolit, 47.978 ton bentonit, serta pasir besi, semen pozolan, felspar dan barn permata/gemstone. Potensi pertambangan batu mulia umumnya banyak terdapat di daerah Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Kuningan, dan Sukabumi.






1.1 KEANEKARAGAMAN HAYATI

Di Jawa Barat terdapat 3.882 spesies tumbuhan berbunga dan tumbuhan paku asli Jawa Barat dan 258 jenis yang dimasukkan dari luar Jawa Barat. Khusus untuk Anggrek (Orchidaceae) di Pulau Jawa, di Jawa Barat terdapat 607 jenis alami, 302 jenis (50%) hanya ada di Jawa Barat. Tumbuhan yang termasuk pohon, di Jawa Barat terdapat 1.106 jenis dengan 51 jenis disebut dengan pohon-pohon yang penting, diantaranya jati, rasamala, kepuh, jamuju, bayur, puspa, kosambi, beleketebe, pasang, pedada,baku,dll.

Tipe-tipe vegetasi yang ada di Jawa Barat menurut Van Steenis adalah :

· Vegetasi Litoral

· Hutan Bakau

· Formasi Pantai

· Hutan Rawa Dataran Rendah

· Hutan Hujan Dataran Rendah dan Perbukitan

· Hutan Hujan Pegunungan

· Danau dan Rawa Pegunungan

· Vegetasi Sub Alpin, di atas 2400 m dpl

Beberapa Spesies Tumbuhan Dikotiledon yang Dianggap Endemik di Jawa Barat


Familia


Spesies


Catatan

Acanthaceae


Blepharis exigua


Herba merambat

Actinidiaceae


Saurauia bogoriensis


Gn. Salak Bogor

S. cauliflora



S. lanceolata



Boraginaceae


Cynoglossum sp.



Burseraceae


Canarium kipella


Kemungkinan jarang, di Gn. Salak dan dekat Pelabuhan Ratu

Callitrichaeae


Callitriche sp.


Kebun Botani Cibodas

Dipterocarpaceae


Shorea sp.


Leuweung Sancang

Ericaceae


Dyplicosia pilosa



Rhododendron wilhelminae



Fagaceae


Lithocarpus kostermansii


hutan bukit hingga 1000 m

Leguminoseae


Ormosia sp.


1 tegakan di Kebun Botani Cibodas

Loranthaceae


Lepeostegeres gemmiflorus



Mitrasacme bogoriensis



Myrtaceae


Eguenia ampliflora


Hanya di Gn. Galunggung sebelum meletus 1982

Rubiaceae


Lasianthus tomentosum


Gn. Salak, pada 1700m

Rufuceae


Zanthoxylum penjualensis


Panjalu

Stylidiaceae


Sylidium incospicuum


Indramayu

Symplocaceae


Symplocos junghuhnii


Mungkin sangat langka


Beberapa Spesies Tumbuhan Monokotiledon yang Dianggap Endemik di Jawa Barat

Familia


Spesies


Catatan

Cyperaceae


Hypolytrum humile



Dioscoreaceae


Dioscorea blumei


Gn. Salak

Gramineae


Nastus elegantissimus


Gn. Tilu, Cibodas

Schyzostacium bilforum


Gn. Salak

Calamoideae


Calamus asperrimus



C. burkianus



C. heteroideus



Ceratolobus glaucescens


Pelabuhan Ratu

Daemonorops rubra


Bogor

Daemonorops. sp


Cibarengkok - Ciwidey

Korthalsia junghuhnii


Bogor

Zingiberaceae


Amomum hochrentineri



A. pseudofoetens



Eltingera foetens


Bogor

E. parvum



E.walang


Bogor

Hornstedtia horsfieldii



H. mollis



H. paludosa



H. rubra



Keanekaragaman Fauna
Secara Umum, baik di Jawa Barat maupun di dunia, dunia fauna dapat dikelompokan menjadi kelompok-kelompok sebagai berikut :

Kelompok Serangga


Kelompok ini memiliki berbagai macam manfaat. Salah satu perannya yang sangat penting adalah proses penyerbukan yang dilakukan oleh kupu-kupu. Namun saat ini keberagamannya sudah sangat berkurang, dikarenakan berkurangnya habitat dan eksploitasi oleh manusia.

Kelompok Pisces


Ikan - ikan yang dijumpai di tiga daerah aliran sungai citarum dan tiga waduk besar di wilayah Jawa Barat yaitu : Jatiluhur, Carita, dan Saguling dijumpai jenis-jenis ikan sebagai berikut : Ikan yang menjadi ciri khas Sungai Citarum : tagih/baung, hampal, keting, dan udang batu Ikan khas Sungai Citarum yang tidak ditemukan lagi setelah pembangunan waduk : tawes, lelawak, sengal, arengan, walangi Ikan yang masih bisa ditemukan di Sungai dan Waduk : deleg, sidat/moa, betok, pepetek, kebo gerang, julung-julung, keting, beureum panon, beunter, sepat, paray, betutu/bodo, jeler, oleng, gabus, belut Ikan budidaya yang diintroduksi ke perairan waduk : patin, ikan mas, nila, gurame Ikan hias yang diintroduksi ke perairan waduk : arwana, golsom, oskar Ikan yang secara tradisi dikonsumsi oleh masyarakat sekitar : tagih/baung Ikan atau udang yang dijumpai dalam periode tertentu : Udang batu

Kelompok Ampibi atau Reptil


Kelompok ini semakin hari semakin langka, hal ini disebabkan habitat yang tersedia semakin berkurang dan belum satupun dari jenis kelompok ini yang dibudidayakan. Beberapa jenis Ampibi dan Reptil yang masih bisa dijumpai adalah : biawak (Tasikmalaya) dan Kura-Kura (Bogor)

Kelompok Aves


Kelangkaan jenis burung lebih dikarekanakan nilai ekonomis burung yang sangat tinggi sebagai hewan peliharaan. Di danau-danau kecil di Sentul (Bogor) beberapa jenis burung air masih bisa dijumpai, seperti : belekok, bangau, dan raja udang.

Kelompok Mamalia


Kelangkaan jenis mamalia disebabkan dua hal, aktivis perburuan, dan habitatnya terganggu. Banten di Hutan Sancang (Garut) dan Pangandaran sudah semakin berkurang. Rusa ditangkarkan di Ranca Upas.


Beberapa Spesies Hewan yang Diperkirakan Endemik di Jawa Barat

Takson


Spesies


Catatan

Mamalia






Insectivora






Soricidae


Crocidura orientalis


Gn. Gede Pangrango








Chiroptera






Hipposideridae


Hipposideros sorenseni


Gua Kramat Pangandaran

H.sp


Gua Cidolog, Sukabumi

Vespertilonidae


Pipistrellus modax



Gischropus javanus


Gn. Gede Pangrango

Molossidae


Otomops formossus


Gn. Gede Pangrango

Primata






Cerchopitidae


Presbytis comata


Juga di Jawa Tengah

Hylobatidae


Hylobates moloch


Juga di Jawa Tengah

Rodentia






Sciuridae


Hylopetes barteisi


Gn. Gede Pangrango

Muridae


Mus vulcani



Pithecheir melanurus


Gn. Gede Pangrango

Sunadymus maxi


Pegunungan, tikus besar ekor panjang








Aves






Strigiformes






Strigidae


Otus angelinae


Gn. Gede Pangrango dan Tk Perahu

Apodiformes






Apodidae


Aerodramus vulcanorum


Gn. Gede Pangrango

Passeriformes






Timaliidae


Crocias albonotatus










Reptil






Squamata






Thylopidae


Thylops bisubocularis


kemungkinan punah ?

Colubridae


Pseudoxenodon inornatus


kemungkinan punah ?








Amfibi






Anura






Ichtyyophiidae


Leptophryne cruentata


Gn. Gede, 1400 - 2500 m dpl

Rhacophoridae


Philautus pallidipes


Gn. Pangrango

Rhacophorus javanus


Gn. Gede dan Gn. Malabar








Pisces






Perciformes






Gobiidae


Sycopterus parvei


Garut








Kupu-Kupu






Papilionidae


Papilio lampsacus


Gn. Gede

Pieridae


Appias lucasii


Catatan terakhir 1937

Delias dorylaea


jarang

Eurema beatrix


1939

Prioneris autothisbe



Amathusiinae


Zeuxidia dohrni


Gn. Gede

Hesperiidae


Celaenorrhinus saturatus



Halpe zandra




1.2 PERTAMBANGAN

Daerah Jawa Barat mempunyai berbagai potensi bahan tambang dan galian, seperti minyak dan gas bumi di daerah Cirebon dan Indramayu, tambang emas di Gunung Pongkor, Gunung Limbung, dan Purwakarta. Selain itu, Jawa Barat juga memiliki bahan galian marmer di daerah Tasikmalaya, Bandung, dan Sukabumi. Batu kwarsa banyak terdapat di Bogor, Sukabumi, Bekasi dan Cirebon, fosfat banyak terdapat di daerah Ciamis dan Sukabumi, serta bentonit, zeloit dan gips tersebar di beberapa daerah.

Produksi bahan galian golongan C di Jawa Barat tahun 1997 adalah sebagai berikut: batu kapur 12.650.408 ton, pasir 1.487.630 ton, pasir kuarsa 144.710 ton, sirtu 2.158.126 ton, tanah liat 2.074.489 ton, dan tanah urug 1.623.186 ton; andesit 4.620.641 ton; bentonit 41.591 ton; fosfat 9.454 ton; kaolin 2.623 ton; trass 768.280 ton; dan zeolit 2.553 ton.

Hasil produksi bahan galian tahun 1998 menunjukkan data berikut: andesit 1.342.321 ton; batu kapur 3.481.841 ton; bentonit 43.576 ton; diatom 19.361 ton; feldspar 5.457 ton; gipsum 1.648 ton; marmer 103 ton; sirtu 274.474 ton; pasir 48.626 ton; pasir kuarsa 126.286 ton; tanah liat 85.182 ton; trass 42.936 ton; zeolit 1.452 ton; dan yarosit 324 ton.


1.3 INDUSTRI


Kontribusi industri cukup menonjol bagi perekonomian nasional, termasuk bagi daerah Jawa Barat. Hampir 60% industri pengolahan berlokasi di Jawa Barat, sehingga perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh kinerja industri di daerah ini. Dalam struktur perekonomian di Jawa Barat, sektor industri memiliki kontribusi terbesar dan menduduki peringkat pertama, disusul oleh sektor pertanian. Sektor industri ini, khususnya industri pengolahan, mampu menyerap jumlah tenaga kerja terbesar kedua sesudah pertanian.

Berbagai industri di Jawa Barat sudah berkembang dengan pesat, antara lain industri pesawat terbang, industri senjata ringan, dan telekomunikasi di Bandung dan industri dinamit di Tasikmalaya. Industri lain yang cukup menonjol antara lain industri besi baja di Cilegon, industri elektronik di Bandung, industri kertas di Padalarang dan Bekasi, industri semen di Cibinong, Citeureup, dan Cirebon, industri pupuk di Cikampek, aneka industri dengan komoditas tekstil, benang tenun, dan pakaian jadi di daerah cekungan Bandung, serta industri minuman, makanan, rokok, kulit, keramik di sekitar Bandung, Tangerang, Bekasi, dan Cirebon. Industri-industri kecil dan rumah tangga yang banyak terdapat di Bekasi, Bogor, Tangerang, Depok, Kota Bandung, Cianjur, dan Tasikmalaya juga berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Potensi lain yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai aneka industri dan industri utama di Jawa Barat adalah perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang ada di daerah itu, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB); Institut Teknologi Bogor (IPB); LAPAN, dan Badan Reaktor Atom Negara (BATAN). Selain itu, besarnya jumlah penduduk dan SDM yang berkualitas merupakan potensi pendukung untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi (Iptek) di Jawa Barat.

Jumlah industri utama di Jawa Barat (1997) adalah sebagai berikut: industri makanan, minuman dan tembakau berjumlah 1000 unit dengan tenaga kerja 119.745 orang; industri tekstil pakaian jadi dan kulit sebanyak 1.744 unit dengan tenaga kerja 783.745 orang; industri kayu dan barang-barang dari kayu termasuk alat-alat kayu 483 unit dengan tenaga kerja 7.174 orang; jumlah industri kertas dan barang dari kertas cetakan dan penerbitan 207 unit dengan tenaga kerja 46.428 orang; industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi 815 unit dengan tenaga kerja 82.308 orang; industri logam dasar 63 unit dengan tenaga kerja 19.755 orang; industri mesin dan peralatan lain 903 unit dengan tenaga kerja 209.776 orang; dan industri pengolahan lain berjumlah 143 unit dengan tenaga kerja 37.988 orang. Hasil produksi industri kecil berupa makanan dan minuman, sandang dan kulit, kimia dan bahan-bahan bangunan, kerajinan umum dan logam mengalami perkembang-an pesat.

Total jumlah industri di Jawa Barat (1997) berjumlah sekitar 6.085 unit, baik industri besar, sedang maupun kecil, dan menyerap tenaga kerja lebih dari 1,5 juta orang. Investasi di daerah Jawa Barat tahun 1998 adalah: persetujuan PMA US$81,035,000 dan persetujuan PMDN Rp 8.117.050.000.000. Jumlah tersebut untuk waktu sekarang sudah terlampau kecil.
Nilai tambah hasjl industri di Jawa Barat tahun 1997 adalah sebagai berikut: dari industri makanan, minuman dan tembakau Rp2.425.086.000.000; industri tekstil, pakaian jadi dan kulit Rp 10.825.220.000.000; industri kayu dan barang-barang dari kayu Rp 895.538.000.000; industri kertas dan barang-barang dari kertas Rp 1.258.060.000.000; industri kimia, barang-barang dari kimia,minyakbumi, batu bara, karet dan bahan plastik Rp6.329.237.000.000; industri barang galian bukan logam Rp 1.917.251.000.000; industri logam dasar Rp 2.139.536.000.000; industri barang logam dan mesin termasuk peralatannya Rp 9.458.654.000.000; dan industri pengolahan lainnya Rp 614.059.000.000. Jadi, total nilai tambah dari hasil industri daerah Jawa Barat tahun 1997 adalah sekitar Rp 35.862.641.000.000.


1.4 KEHUTANAN


Selain itu, di Jawa Barat juga terdapat potensi hutan alam dan hutan tanaman yang belum dimanfaatkan sepenuhnya, meskipun potensi itu tidak sebesar daerah Sumatra dan Kalimantan. Dalam konteks ini, hutan punya peranan penting untuk menjaga stabilitas sumber daya alam dan memiliki empat fungsi, yakni hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka dan wisata, serta hutan cadangan.

Luas kawasan hutan di daerah Jawa Barat dari tahun, ke tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan karena ulah dan keserakahan manusia. Tahun 1997 luas hutan di Jabar adalah 92.467,81 hektar, terdiri,dari hutan yang telah dikukuhkan 747.688,72 hektar (94,35%); dan hutan cadangan seluas 44.779,09 hektar (5,65%). Pada tahun berikutnya (1998) luas hutan menjadi 1.000.764,81 hektar, terdiri dari hutan yang telah dikukuhkan 941.169,48 hektar dan hutan cadangan seluas 59.595,33 hektar.

Produksi hasil hutan di Jawa Barat tahun 1997 dan 1998 berturut-turut sebagai berikut: kayu jati 92.271 m3 dan 88.785 m3; kayu rimba 246.439 m3 dan 239.110 m3; kayu tebangan 338.710 m3 dan 325.895 m3; kayu bakar 58.459 m3 dan 76.432 m3; getah pinus 9.623 ton dan 7.998 ton; daun kayu putih 13.768 ton dan 10.142 ton; minyak kayu 116.408 liter dan 67.468 liter; arang 178 ton dan 545 ton; rotan 68.038 batang dan 437.679 batang.

Dari data tersebut tampak bahwa peningkatan yang paling tinggi adalah produksi rotan, yakni sekitar 643,29 %. Hal ini disebabkan oleh menjamurnya perusahaan mebel yang menggunakan bahan baku rotan. Hasil industri ini diminati oleh banyak orang dalam beberapa tahun terakhir.


1.5 BUDIDAYA PERIKANAN


Budidaya perikanan di Jawa Barat berupa perikanan laut dan darat yang didukung oleh perikanan air tawar di waduk Saguling, Jatiluhur, Cirata, dan sungai-sungai serta budi daya udang sampai sekarang belum sepenuhnya dikembangkan secara optimal. Zone Ekonomi Ekslusif (ZEE) juga belum dimanfaatkan padahal dalam era kelautan seperti sekarang ini potensi perikanan di daerah Jawa Barat seharusnya dapat dikembangkan lebih baik lagi. Apalagi sekarang sudah ada departemen baru, yakni Departemen Kelautan dan Perikanan, sehingga hasil potensi perikanan, khususnya perikanan laut, harus dapat ditingkatkan.

Setelah bangsa ini terpuruk dalam krisis ekonomi yang dahsyat dan berkepanjangan, kini saatnya untuk membangun sektor perikanan sebagai basis sektor riil. Kekayaan laut kita memberikan sumbangan yang signifikan terhadap pendapatan nasional. Jika "penjarahan hasil kekayaan laut" kita yang setahunnya mencapai lebih dari Rp 30 trilyun bisa kita hentikan, pendapatan nasional termasuk pendapat daerah yang memiliki potensi perikanan akan bertambah besar. Jumlah itu akan bermanfaat untuk mengurangi hutang pemerintahan kita yang sudah mencapai ratusan milyar dollar AS.

Kalau kita kaji secara mendalam, kecilnya peranan sektor perikanan di masa lalu bukan karena ketidakmampuan sektor ini memberikan sumbangan terhadap ekonomi nasional, melainkan karena rendahnya perhatian dan political will pemerintah pada waktu itu terhadap sektor perikanan (laut). Pembangunan ekonomi pada waktu itu tidak diarahkan pada kegiatan ekonomi yang berbasis perikanan, melainkan pada pengembangan industri yang berbasis sumber daya di darat. Padahal di negara-negara lain seperti Jepang, Taiwan, Korea, Cina, dan Thailand, sektor perikanan dan kelautan memberikan kontribusi cukup besar ter¬hadap pendapatan nasional walaupun potensi hasil sektor perikanan dan kelautan mereka jauh lebih kecil dibandingkan potensi kelautan kita.

Dengan potensi sumber daya kelautan (termasuk perikanan) yang melimpah negeri ini memiliki peluang yang cukup besar untuk memulihkan perekonomian nasional. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa permintaan akan hasil perikanan, baik dari dalam maupun luar negeri, kini cenderung meningkat. Pendek kata, sektor perikanan laut dan hasil laut lainnya akan dapat dijadikan sektor penyelamat keterpurukan ekonomi Indonesia.

Hasil produksi perikanan di Jabar tahun 1997 adalah sebagai berikut: perikanan laut 173.247 ton dengan nilai Rp 365.708.000.000, perikanan darat 302.472 ton dengan nilai 1.147.140.000.000. Sedangkan hasil perikanan tahun 1998 adalah sebagai berikut: perikanan laut 173.337 ton dengan nilai Rp 751.317.000.000 dan perikanan darat 384.752 ton dengan nilai Rp 2.370.527.000.000.

Data di atas menunjukkan adanya peningkatan baik hasil maupun nilai produksinya (tahun 1997 hingga tahun 1998). Perikanan darat produksinya meningkat 39,13% dan nilainya meningkat Rp 838 milyar atau 68,31%. Sementara itu, perikanan laut peningkatannya hanya sekitar 90 ton atau 0,05%, tetapi nilainya meningkat hampir 105% atau Rp 388 milyar. Perikanan laut sampai sekarang belum ditunjang oleh peralatan yang memadai, seperti masih banyaknya nelayan yang menggunakan perahu tempel. Ini disebabkan karena mayoritas nelayan di daerah Jawa Barat adalah nelayan gurem.


1.6 PETERNAKAN


Peternakan yang potensial untuk dikembangkan di Jawa Barat antara lain unggas, sapi, kambing, dan sapi perah. Populasi peternakan utama di Jawa Barat tahun 1997 antara lain sapi potong 183.286 ekor, sapi perah 95.224 ekor, kerbau 434.721 ekor, kuda 12.572 ekor, kambing 1.935.346 ekor, domba 3.577.467 ekor, babi 25.550 ekor, ayam buras 32.767.621 ekor, ayam petelur 11.939.916 ekor, ayam broiler 145.950.581 ekor, itik 3.603.423 ekor. Hasil produksi peternakan di Jabar masih bisa dikembangkan.

Sedangkan populasi ternak di Jabar tahun 1998 menunjukkan hasil sebagai berikut: sapi potong 151.573 ekor; sapi perah 74.237 ekor; kerbau 356.005 ekor; kuda 11.047 ekor; kambing 1.698.631 ekor; domba 3.263.791 ekor; babi 18.159 ekor; ayam buras 28.637.481 ekor; ayam petelur 7.510.987 ekor; ayam broiler (potong) 12.640.432 ekor; dan itik 2.905.893 ekor.

Penurunan populasi ternak di Jawa Barat dari tahun 1997 hingga 1998 disebabkan oleh krisis moneter yang dilanjutkan oleh krisis ekonomi yang dahsyat dan berlarut-larut yang kemudian mengakibatkan para peternak gulung tikar. Bahan baku makanan ternak ini banyak yang diimpor dari luar negeri dan harus dibayar dengan US dollar yang pada waktu itu nilainya hampir Rp 16.000 per satu US dollar. Bukan hanya sektor peternakan saja yang mengalami "malapetaka ekonomi" tetapi hampir seluruh sektor ekonomi hancur berantakan, terutama sektor jasa seperti perbankan dan properti


1.7 PERKEBUNAN


Perkebunan di Jawa Barat pada umumnya merupakan perkebunan rakyat, perkebunan swasta besar, dan perkebunan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan komoditas utama berupa teh, karet, kelapa, kelapa sawit, tebu, kopi, cengkeh, coklat, dan sebagainya. Hasil produksi perkebunan besar milik BUMN tahun 1997 antara lain: karet 23.488 ton; kelapa 20.782 ton; kelapa sawit 75.896 ton; teh kering 50.511 ton, tebu 33.267 ton gula hablur. Hasil produksi perkebunan besar milik swasta tahun 1997, yakni akar wangi 0,48 ton; cengkeh 650 ton; coklat 2.204 ton; karet 12.151 ton; kelapa 279 ton; kelapa sawit 26.579 ton; kelapa hibrida 1.419 ton; kina 40 ton; kopi 103 ton; dan teh 25.331 ton.

Hasil produksi perkebunan besar milik rakyat tahun 1997 antara lain aren 6.985 ton, engkeh 5.180 ton; jahe 9.272 ton; jambu mete 1.303 ton; coklat 617 ton; kapuk 2.138 ton; kapulaga 198 ton; karet 10.684 ton; kayu manis 13 ton; kelapa 177.876 ton; kelapa hebrida 15.360 ton; kelapa sawit 39.178 ton; kemiri 88 ton; kenanga 80 ton; kencur 16.842 ton; kina 213 ton; kopi 5.036 ton; kumis kucing 90 ton; kunyit 2.229 ton; lada 141 ton; laos 815 ton;mendong 551 ton; pala 248 ton; pandan 1.356 ton; panili 117 ton; pinang 75 ton; serehwangi 40 ton; tebu 40.099 ton; teh 28.464 ton; tembakau 2.868 ton; dan melinjo 2.742 ton. Hasil produksi perkebunan besar negara tahun 1998 antara lain karet 8.938 ton; kelapa 4.537 ton; kelapa sawit 42.570 ton; teh 36.138 ton; kina 704 ton; dan kakao 959 ton. Hasil perkebunan besar swasta tahun 1998 antara lain cengkeh 16,92 ton; kakao 1.224,69 ton; karet 6.689,23 ton; kelapa sawit 46,52 ton; teh 16.390,98 ton. Hasil perkebunan rakyat di tahun 1998 antara lain; aren 5.154,92 ton; cengkeh 3.181,44 ton; jahe 12.253,46 ton; kakao 587,58 ton; kapuk 1.097,64 ton; kapulaga 130,07 ton; karet 5.694,79 ton; kelapa 109.522,68 ton; kelapa sawit 21.826,60 ton; kemiri 94,07 ton; kenanga 62,37 ton; kencur 5.177,03 ton; kina 324 ton; kumis kucing 3.231,85 ton; kunyit 1.197 ton; lada 109,98 ton; laos 827,53 ton; mendong 1.003,60 ton; pandan 1.124,52 ton; pala 143 ton; tebu 38.194,41 ton; teh 12.572,98 ton; tembakau 1.101,08 ton; panili 70.57 ton; pinang 94.28 ton; sereh wangi 45,45 ton; dan melinjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar